Sabtu, 19 Oktober 2013

PENGELOLAHAN TEPUNG TEMPURUNG KELAPA

topik : Pengelola Tepung Tempurung Kelapa


PENDAHULUAN

• Latar Belakang
Pertumbuhan industri skala kecil dan menengah berkembang mewarnai  perekonomian di daerah. Mulai dari industri makanan, kerajinan, mebel, hingga konveksi atau tekstil, dimana keberadaannya menjadi salah satu solusi dalam mengatasi angka pengangguran sekaligus menggerakkan roda perekonomian daerah. Perkembangan sektor industri akan berdampak pada pemakaian sumberdaya alam yang ada. Sumberdaya alam yang ada tersebut dieksplorasi, diekstraksi, ditranformasi menjadi suatu produk. Sumberdaya alam juga ada yang dimanfaatkan sebagai sumber energi, menjadi limbah dan dimanfaatkan oleh konsumen. Kegiatan industri dilakukan agar dapat meningkatkan potensi dan nilai jual sumberdaya, akan tetapi juga berpotensi menimbulkan dampak negatif yaitu adanya polusi akibat proses produksi dan produk yang dihasilkan serta kemungkinan terjadinya degradasi terhadap sumberdaya yang digunakan. Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa industri kecil adalah industri yang tidak berpotensi menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Limbah dari industri skala kecil terkadang diabaikan karena besaran usahanya yang dianggap tidak terlalu signifikan, dan tidak terlalu berbahaya sehingga tidak perlu diatur secara seksama. terdapat banyak industri kecil dan menengah yang memberikan dampak bervariasi pada lingkungan setempat, bagaimanapun juga studi menunjukkan bahwa sebagian besar polusi di daerah perkotaan merupakan hasil dari penyebaran industri kecil dan menengah. Beberapa industri skala kecil dan menengah telah menyadari bahwa mereka memberikan dampak terhadap lingkungan dibandingkan yang lain karena proses produksi atau karena kontribusi total produksi dalam masing-masing usaha atau lokasinya sehingga mereka mulai melakukan upaya pengelolaan lingkungan.

•  Perumusan Masalah
Adanya keluhan dari masyarakat di sekitar industri pengolahan tepung tempurung kelapa CV. Putra Jaya Sahita Guna terhadap partikel debu hitam (langesh) mendorong dilakukan kajian dan analisis terhadap peluang penerapan ekoefisiensi dalam rangka penanganan dampak lingkungan. Pendekatan ekoefisiensi ini dipilih karena industri ini merupakan industri kecil, yang cenderung merasa keberatan bila harus mengeluarkan biaya besar untuk melakukan pengelolaan lingkungan. Ekoefisiensi merupakan peningkatan efisiensi pada pemakaian sumber daya, energi dan bahan penunjang yang akan memberikan nilai positif juga bagi lingkungan. Atas dasar hal tersebut, maka
pertanyaan penelitian ini adalah :
1.  Bagaimana tahapan proses produksi  tempurung kelapa
2. apa dampak negatif atau positip bagi perusahan dan lingkungan perusahaannya?

• Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk :
1.  Mengidentifikasi tahapan proses produksi yang inefisien dan sumber yang berpotensi menimbulkan pencemaran di CV. Putra Jaya Sahita Guna .
2.  Mengidentifikasi kondisi emisi gas buang yang berasal dari pembakaran mesin diesel pada CV. Putra Jaya Sahita Guna .
3.  Menganalisis peluang ekoefisiensi dan keuntungan dari sisi ekonomi dan lingkungan apabila dilakukan CV. Putra Jaya Sahita Guna .
4. mengetahui adakah dampak negatif atau positifterhadap lingkungan masyarat atau keperusahann itu sendiri(CV.Putra Jaya Guna)

•   Manfaat Penelitian
1.  Bagi Kemajuan Ilmu Pengetahuan
Dapat memberikan masukan bagi pengembangan ilmu dengan adanya penemuan – penemuan baru, berupa simbiosis industri dari industri pengolahan
2.  Bagi Industri
Dapat memberikan masukan dalam peningkatan efisiensi di industri tepung tempurung kelapa dalam meningkatkan daya saing
3.  Bagi Pemerintah, dalam hal ini dibedakan atas :
-  Dinas Perindustrian Kabupaten Semarang, dapat memfasilitasi penyusunan dokumen SPPL sebagai syarat terbitnya usaha
-  Pemda Kabupaten Semarang, memberikan arahan tentang pengembangan dan pemberdayaan industri kecil sehingga dapat meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah)
-  BLH Kabupaten Semarang, dapat memberikan masukan dan pendampingan dalam pengelolaan lingkungan pada industri skala kecil
-  BBTPPI, dapat dilakukan penelitian lanjutan terkait dengan penetapan baseline efisiensi untuk industri sejenis.
·       Pembahasan

1.      Industri Pengolahan Tepung Tempurung Kelapa
Industri pengolahan tepung tempurung kelapa merupakan industri yang
mengolah hasil samping buah (by-product) kelapa dalam bentuk tempurung.
Tempurung kelapa yang dahulu hanya digunakan sebagai bahan bakar, sekarang
sudah menjadi bahan baku industri yang cukup penting. Produk yang dihasilkan
dari pengolahan tempurung berupa arang, arang aktif, tepung tempurung dan
barang kerajinan.
Secara umum, proses produksi pada industri pengolahan tepung tempurung
kelapa sangat sederhana yaitu dengan menggunakan bahan baku berupa
tempurung kelapa yang kering dengan tingkat kelembaban tertentu, kemudian
tempurung kelapa dipisahkan dari serabutnya yang mungkin masih menempel.
Setelah cukup bersih, tempurung kelapa dimasukkan ke dalam mesin yang disebut
dengan mesin crusher mill, dalam mesin tersebut tempurung kelapa dihancurkan
dengan cara digiling. Setelah hancur, tepung tempurung kelapa akan disaring
sampai mencapai tingkat kehalusan yang diinginkan, biasanya 80 dan 60 mesh.
Setelah mencapai tingkat kehalusan yang diinginkan, maka tepung tempurung
kelapa keluar melalui lubang keluaran/ output, dimana pada mulut lubang tersebut
disediakan karung yang didalamnya terdapat plastik yang merupakan kemasan
dari tepung tempurung kelapa yang ditimbang dengan berat masing-masing 50 kg.

2.      Kinerja Lingkungan (Environmental Performance)

Kinerja lingkungan merupakan hasil terukur dari sistem manajemen
lingkungan yang berhubungan dengan kontrol aspek-aspek lingkungannya.
Pengukuran kinerja lingkungan merupakan bagian dari sistem manajemen
lingkungan. Pengukuran kinerja lingkungan dapat dilakukan secara kuantitatif
(hasil proses), misalnya jumlah limbah yang dihasilkan dan kualitatif (in proses).
Kinerja lingkungan kuantitatif adalah hasil terukur dari sistem manajemen
lingkungan yang berhubungan dengan kontrol aspek lingkungan fisik. Kinerja
lingkungan kualitatif adalah hasil terukur dari sistem manajemen lingkungan dari
aspek non fisik, misalnya prosedur kerja, motivasi, inovasi, semangat kerja untuk
mewujudkan kebijakan lingkungan organisasi.
 menyatakan bahwa indikator lingkungan membantu untuk meringkas data lingkungan secara luas yang berkaitan dengan operasi sebuah perusahaan, dimana berkaitan dengan aspek lingkungan dan dampaknya. Indikator lingkungan dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengukur kinerja lingkungan (environmental performance). Dengan membandingkan indikator lingkungan di berbagai perusahaan dalam industri yang sama dapat menemukan inefisiensi organisasi yang terjadi, sehingga dapat digunakan oleh manajer perusahaan untuk mendeteksi potensi perbaikan lingkungan dan memantau tindakan perbaikan lingkungan.
dalam indikator lingkungan dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok utama, yaitu :

1)      Environmental Performance Indicators (EPI)
Yaitu indikator kinerja lingkungan yang berkaitan dengan dampak lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan perusahaan. Indikator kinerja lingkungan terdiri dari indikator input dan output. Indikator input, meliputi : penggunaan bahan baku, energi dan air. Sedangkan indikator output, meliputi : jumlah limbah yang dihasilkan.

2)      Environmental Management Indicators (EMI), yaitu indikator manajemen
lingkungan yang berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
kegiatan pengelolaan lingkungan per tahun, berkaitan dengan kebijakan
lingkungan. Misalnya : biaya investasi dan biaya operasional untuk
pengelolaan dan perlindungan lingkungan, pelatihan bagi karyawan tentang
isu-isu lingkungan.

3) Environmental Condition Indicators, pengukuran indikator kondisi yang
menggambarkan dampak kegiatan perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya,
seperti : kualitas udara dan kualitas air sungai yang berada di sekitar
perusahaan serta tingkat kebisingan pada lokasi pemukiman.

·         Kesimpulan dan Saran
      a. Kesimpulan
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini, adalah:
1.   Pembuatan tepung kelapa adalah meliputi pembuangan sabut dan tempurug kelapa, pembuangan testa dan pencucian, blanching, pemarutan, pengeringan, pengukusan, pengepresan, pengeringan kembali seterusnya dilakukan penggilingan.
 2.  Perlakuan blanching pada pembuatan tepung kelapa mempengaruhi rasa, aroma, tekstur dan warna.
b.  Saran Saran untuk praktikum selanjutnya, sebaiknya dilakukan pengukuran kandungan lemak pada daging kelapa, baik sebelum pengolahan maupun setelah pengolahan tepung kelapa.

DAFTAR PUSTAKA

-New Delhi. Winarto. 2008. Pengolahan Kelapa. Agro Industry Press. Jurusan Teknologi Pertanian IPB. Bogor.
-Van Berkel (2007) dalam Salem, dkk (2011)

Jumat, 18 Oktober 2013

SETRATEGI DALAM BERBISNIS

Topik: Setrategi Dalam Bisnis
PENDAHULUAN

Ø  Latar Belakang
            Munculnya persaingan dalam berwirausaha merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Dengan adanya persaingan, maka wirausahawan dihadapkan pada berbagai peluang dan ancaman baik yang berasal dari luar maupun dari dalam perusahaan yang akan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kelangsungan hidup usaha. Untuk itu setiap wirausaha dituntut untuk selalu mengerti dan memahaini apa yang terjadi dipasar dan apa yang menjadi keinginan konsumen, serta berbagai perubahan yang ada di lingkungan bisnis sehingga mampu bersaing dengan dunia bisnis lainnya dan berupaya untuk meininimalisasi kelemahan-kelemahan dan memaksimalkan kekuatan yang diiniliki. Dengan deinikian para wirausaha dituntut untuk meinilih dan menetapkan strategi yang dapat digunakan untuk menghadapi persaingan. Dengan adanya tekanan persaingan begitu ketat, baik secara langsung atau tidak langsung sangat mempengaruhi kinerja organisasi bisnis baik dalam hal teknologi, kebutuhan pelanggan dan siklus produk. Pada saat kondisi seperti itulah sangat diperlukan strategi yang tepat dalam mengambil keputusan maupun langkah-langkah tertentu untuk mempertahankan usahanya tersebut. Strategi bersaing juga diperlukan teknik atau cara-cara yang akan dilakukan untuk pengembangan usaha.
            Didalam berwirausaha juga ada beberapa aspek yang menentukan berhasil tidaknya suatu usaha yang dijalankan. Diantaranya aspek modal, pengelolan maupun pemasaran. Modal bisa di dapat dari berbagai cara inisalnya dengan modal yang kita punya sendiri ataupun dengan pinjaman. Oleh karena itu dibutuhkan juga suatu keinitraan atau hubungan sosial yang baik dalam berwirausaha. Karena terkadang dalam berwirausaha kita tidak dapat memulainya sendiri baik karena kekurangan uang, sumber daya, maupun kreatifitas.

Ø  Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah sebagai berikut :
“Apa Pengaruh Strategi Terhadap Keunggulan Bersaing Dalam Berwirausaha”?

·        Tujuan
            Berdasarkan rumusan masalah dapat diambil sebagai tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu untuk menganalisis pengaruh strategi terhadap keunggulan bersaing dalam berwirausaha.
1.4 Manfaat
  • Bagi Akadeinik
            Diharapkan dapat memberikan manfaat kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang pengambilan strategi yang tepat dalam menjalankan suatu usaha sehingga usaha tersebut dapat berkembang dan bersaing dengan usaha-usaha lainnya.
·        Bagi Wirausaha
Diharapkan dapat dijadikan acuan didalam menghadapi persaingan pada suatu organisasi/perusahaan untuk meinilih strategi secara tepat sehingga dapat menciptakan keunggulan bersaing yang kompetitif.
·        Sumber Data
            Sumber data yang digunakan dalam membuat makalah ini berasal dari buku-buku yang ada di Perpustakaan Kota Gorontalo dan  internat dalam bentuk artikel/blog.
·        Tehnik Analisis Data
            Teknik analisis data menggunakan pendekatan secara kualitatif  yaitu mendeskripsikan tentang  bagaimana strategi untuk menciptakan keunggulan bersaing dalam berwirausaha.


Ø  LANDASAN TEORI

·        Pengertian Strategi
            Oxpord Pocked Dictionary
“merupakan seni perang, khususnya perencanaan gerakan pasukan, kapal dan sebagainya menuju posisi yang layak, rencana tindakan atau kebajikan dalam bisnis atau politik dan sebainya”.
            Alfred Chandler (1962) Strategy and structure
“merupakan penetapan sasaran dan tujuan jangka panjang sebuah perusahaan, dan arah tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan itu.
            Robert D Buzzell & Bradley T Gale (1987)
“strategi adalah kebijakan dan keputusan kunci yang digunakan oleh manajemen yang mempunyai dampak yang besar pada kinerja keuangan. Kebijakan dan keputusan ini biasanya melibatkan koinitmen sumber daya yang penting dan tidak dapat diganti dengan mudah”.
            Kenneth Andrew (1971) Konsep Strategi Kooperatif
“strategy adalah pola sasaran, maksud atau tujuan dan kebijakan serta rencana-rencana penting untuk mencapai tujuan itu, yang dinyatakan dengan cara seperti menetapkan bisnis yang di anut atau yang akan di anut oleh perusahaan, dan jenis atau akan menjadi apa perusahaan ini”.

·        Keunggulan Bersaing
            Dengan kemajuan teknologi yang tidak dapat dibendung maka suatu produk perusahaan akan tambah berkembang sampai pada suatu titik, dimana produk tersebut nantinya akan sulit dibedakan antara satu dengan lainnya. Agar menang dalam suatu persaingan, maka dalam memasarkan produk saat ini produsen tidak hanya berdasarkan pada kualitas produk saja, tetapi juga tergantung pada strategi yang umumnya digunakan perusahaan yaitu orientasi pasar ( Never and Slater,1990 ) dan inovasi ( Wahyono,2002 ) serta orientasi kewirausahaan ( Weerawerdena, 2003 ).

- Menurut Kohli dan Jaworski ( 1990 )
orientasi pasar merupakan budaya perusahaan yang bisa membawa pada meningkatnya kinerja pemasaran.

 -Never dan Settler 1990,
“mendefinisikan orientasi pasar sebagai budaya organisasi yang paling efektif dan efisien untuk menciptakan perilaku-perilaku yang dibutuhkan untuk menciptakan superior value bagi pembeli dan menghasilkan superior performance bagi perusahaan”.

Perusahaan yang telah menjadikan orientasi pasar sebagai budaya organisasi akan berdasar pada kebutuhan dasar eksternal, keinginan dan perinintaan pasar sebagai dasar dalam penyusunan strategi bagi masing – masing unit bisnis dalam organisasi, dan menentukan keberhasilan perusahaan. Selain orientasi pasar, inovasi juga dapat dijadikan sebagai salah satu strategi dalam mencapai keunggulan bersaing.

-Wahyono, 2002
“tujuan utama dari inovasi adalah untuk memenuhi perinintaan pasar sehingga produk inovasi merupakan salah satu yang dapat digunakan sebagai keunggulan bersaing bagi perusahaan”.

            Wirausaha sendiri berarti suatu kegiatan manusia dengan mengerahkan tenaga pikiran atau badan untuk menciptakan atau mencapai suatu pekerjaan yang dapat mewujudkan insan mulia ( Weerawerdena,2003 ). Menemukan bahwa inovasi merupakan faktor penting untuk mencapai keunggulan bersaing. Sedangkan Burden dan Proctor ( 2000) justru menemukan bahwa fokus pada pelanggan ( merupakan salah satu elemen dari orientasi pasar ) ternyata juga menjadi faktor penting untuk menciptakan keunggulan bersaing. Bagi perusahaan, keberhasilan dalam menciptakan keunggulan bersaing sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kinerjanya. Hamel dan Prahalad ( 1994 ) menyatakan bahwa kompetensi pengetahuan pemasaran menjadi kunci keberhasilan kinerja pemasaran secara signifikan.       Bharadwaj et al.,( 1993 ) menjelaskan bahwa keunggulan bersaing merupakan hasil dari implementasi strategi yang memanfaatkan berbagai sumberdaya yang diiniliki perusahaan.
Pendapat yang serupa juga dikemukakan oleh Porter ( 1990 ) menjelaskan bahwa
“keunggulan bersaing adalah jantung kinerja pemasaran untuk menghadapi persaingan. Keunggulan bersaing diartikan sebagai strategi benefit dari perusahaan yang melakukan kerjasama untuk menciptakan keunggulan bersaing yang lebih efektif dalam pasarnya. Strategi ini harus didesain untuk mewujudkan keunggulan bersaing yang terus menerus sehingga perusahaan dapat mendoininasi baik dipasar maupun pasar baru”.

·   -     Kewirausahaan
            Wirausaha adalah kemampuan untuk berdiri sendiri, berdaulat, merdeka lahir dan bathin, sumber peningkatan kepribadian, suatu proses dimana orang mengejar peluang, merupakan sifat mental dan sifat jiwa yang selalu aktif dituntut untuk mampu mengelola, menguasai, mengetahui dan berpengalaman untuk memacu kreatifitas.

 Menurut para ahli wirausaha adalah sebagai berikut :

-Peter F Drucker : 
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda .

-Thomas W Zimmerer:
Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi orang setiap hari.

-Andrew J Dubrin :
    seseorang yang mendirikan dan menjalankan sebuah usaha yang inovatif

-Robbin & Coulter:
kewirausahaan adalah proses dimana seorang individu atau kelompok individu menggunakan upaya terorganisir dan sarana untuk mencari peluang untuk menciptakan nilai dan tumbuh dengan memenuhi keinginan dan kebutuhan melalui inovasi dan keunikan, tidak peduli apa sumber daya yang saat ini dikendalikan”.

         - Frank Knight (1921)
“wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan dalam menghadapi ketidakpastian pada dinainika pasar. Seorang wirausahawan disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti pengarahan dan pengawasan”.


Ø  PEMBAHASAN

·        Strategi Kewirausahaan
            Para wirausaha menggunakan proses inovasi sebagai alat pemberdayaan sumber-sumber untuk menciptakan suatu nilai barang dan jasa. Proses inovasi dikendalikan oleh kreativitas. Kreativitas merupakan mata rantai antara pengetahuan pengenalan cara baru untuk mengombinasikan sumber-sumber dan proses pengembangan pengetahuan secara sistematis ke dalam suatu inovasi yang digunakan di pasar. Inovasi bahkan dipandang sebagai penciptaan sumber-sumber yang berbentuk penemuan kegunaan sesuatu dalam alam. Manajemen kewirausahaan menyangkut semua kekuatan perusahaan yang menjainin bahwa usahanya betul-betul eksis. Bila usaha baru ingin berhasil, maka wirausaha harus memiliki empat kompetensi, di antaranya:
1)        Fokus pada pasar, bukan pada teknologi.
2)        Buat ramalan pendanaan untuk menghindari tidak terbiayainya perusahaan.
3)        Bangun tim manajemen, bukan menonjolkan perorangan (not a “one-person” show).
4)        Beri peran tertentu, khusus bagi wirausaha penemu.

            Pada umumnya perusahaan kecil yang berhasil secara berkesinambungan dan dapat bersaing secara unggul memiliki keunggulan dalam bidang teknik, produk yang unik, dan memiliki cakupan distribusi geografis pasar yang terbatas. Ada beberapa keputusan strategis yang diperlukan dalam kondisi pertumbuhan, yaitu:
1.         Perubahan produk barang dan jasa.
2.         Strategi yang menyangkut penetrasi pasar, ekspansi pasar, diversifikasi produk dan jasa, integrasi regional, atau ekspansi usaha.
3.         Kemampuan untuk memperoleh modal investasi dalam rangka penelitian dan pengembangan, proses produksi dan penggantian peralatan, dan dalam rangka penambahan sumber daya manusia.
4.         Analisis sumber daya manusia, sehingga memiliki keterampilan yang unik untuk mengimplementasikan strategi.
5.         Analisis pesaing baik yang ada maupun yang potensial untuk memantapkan stategi bersaing. Keputusannya harus berdasarkan perilaku, sumber daya, dan koinitmen yang diiniliki pesaing di masa lalu.
6.         Kemampuan untuk menopang keunggulan strategi perusahaan dan untuk memodifikasi strategi dalam menghadapi perubahan perinintaan pelanggan dan perilaku strategi persaingan baru.
7.         Penentuan harga barang atau jasa untuk jangka pendek dan jangka panjang.
8.         Interaksi perusahaan dengan masyarakat luas.
9.         Pengaruh pertumbuhan perusahaan yang cepat terhadap aliran kas.

·        Strategi yang Lain
          Banyak strategi yang dilakukan wirausaha pada tahap pertumbuhan, di antaranya:
1.      Pertahanan bersaing. Agar tetap dapat bersaing, maka pengembangan produk dan perluasan pelayanan perusahaan harus selalu dinaimis dan memposisikan perusahaan dalam keadaan kritis. Perusahaan harus selalu inovatif dan memperbaiki keberhasilannya di masa lalu atau memperbaiki produk yang pertama kali dihasilkannya, sebab jika tidak akan ditinggalkan oleh pasar.
2.      Mencoba untuk produk yang menjadi “pemukul besar ”, dan tidak berkonsentrasi pada perbaikan keberhasilan produk yang sudah ada. Keberhasilan perusahaan seperti 3M (Man, Material, Market) tetap mendoininasi posisi pasar melalui pengenalan produk baru secara berkesinambungan.
3.      Mengambil langkah positif dan proaktif untuk menguasai manajer kunci dan ahli teknik profesional yang selalu diikutsertakan dalam pembentukan keberhasilan perusahaan. Sangatlah tidak mudah untuk menempatkan kembali kemampuan in­dividual yang cakap. Oleh sebab itu, kehilangan seseorang yang cakap dan dianggap kunci dapat menghancurkan keunggulan perusahaan dalam persaingan.
          Bentuk strategi lain berdasarkan aspek kemampuan perusahaan dalam menghadapi persaingan atau posisi kompetitif dan kemampuan bisnis, industri dalam menghasilkan laba adalah strategi pertumbuhan, stabilitas dan pengurangan. (Whellen & Hunger, 2000):

·         Integrasi kedepan
Strategi yang dijalankan dengan mengambil alih fungsi yang semula dilakukan oleh pemasok barang dengan pertimbangan tertentu. Strategi ini banyak dijalankan karena dengan mengambil alih pemasok bahan akan terjadi efisiensi biaya. Contoh kebijakan integrasi ke depan, seperti: Grosir mengurangi jumlah pedagang perantara yang akan memasukkan barang dengan langsung dari produsen barang.



·           Integrasi kebelakang
Strategi yang dijalankan dengan mengambil alih fungsi yang semula dilakukan oleh distributor dengan pertimbangan tertentu. Strategi ini banyak dijalankan karena dengan mengambil alih fungsi distributor akan terjadi efisiensi biaya. Contoh kebijakan integrasi ke belakang, seperti: Hotel membeli armada transportasi untuk mengurangi pelanggan memakai alat transportasi diluar hotel.
·         Integrasi horisontal
Strategi yang dijalankan dengan memperluas kegiatan perusahaan ke dalam lokasi geografis yang berbeda atau menambah rentang produk atau jasa. Contoh kebijakan integrasi horisontal, seperti: Gramedia, Inie Pasar baru yang membuka usaha di berbagai wilayah.

            Hal terpenting adalah apabila sebuah bisnis yang sedang berjalan itu memiliki sumber daya dan kemampuan yang unggul dibanding pesaing-pesaingnya, maka sepanjang bisnis itu menggunakan strategi yang mampu memanfaatkan sumber daya dan kemampuan secara efektif, maka bisnis itu akan mempunyai keunggulan bersaing. Kemungkinan memepertahankan keunggulan bersaing itu tergantung pada : tahan lama, dapat ditiru dan kelayakan. Keinginan dari pihak konsumen menentukan kebijakan strategi yang akan diambil, dimana pokok-pokok utama dari strategi ini adalah:

1.     Koinitmen akan harga yang rendah dan dengan kualitas yang tinggi
                  Bertujuan untuk menawarkan suatu kombinasi antara harga dan mutu yang mencerininkan bahwa nilai uang merupakan kriteria yang doininan bagi keputusan konsumen.
2.     Peningkatan efisiensi biaya
                  Harga yang rendah dan nilai uang menyebabkan peningkatan efisiensi biaya pada semua bidang operasi bisnis. Pada saat seperti ini wirausahawan dituntut mampu melakukan perputaran penjualan yang tinggi dengan biaya operasional yang seininimal mungkin. Cara terbaik yang perlu dilakukan adalah : penyederhanaan operasi, memiliki falsafah manajemen organisasai yang mampu membentuk networking, menyususn rencana tindakan untuk penghematan biaya dan mengintegrasikan produksi dan distribusi dengan penjualan.

Ø  Strategi Pengembangan Usaha.
            Untuk  menangkap peluang-peluang ada strategi yang tepat meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
Peningkatan akses kepada aset produktif, terutama modal, disamping juga teknologi, manajemen, dan segi-segi lainya yang penting.
1.     Peningkatan akses pada pasar, yang melputi suatu spektrum kegiatan yang luas, mulai dari pencadangan usaha, sampai pada informasi pasar, bantuan produksi, dan prasarana serta sarana pemasaran. Khususnya, bagi usaha kecil di perdesaan, prasarana ekonomi yang dasar dan akan sangat membantu adalah prasarana perhubungan.
2.     Kewirausahaan, seperti yang telah dikemukakan di atas. Dalam hal ini pelatihan-pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berusaha teramat penting. Namun, bersamaan dengan atau dalam pelatihan itu penting pula ditanamkan semangat wirausaha.
3.     Kelembagaan. Kelembagaan ekonoini dalam arti luas adalah pasar. Maka memperkuat pasar adalah penting, tetapi hal itu harus disertai dengan pengendalian agar bekerjanya pasar tidak melenceng dan mengakibatkan melebarnya kesenjangan. Untuk itu diperlukan intervensi-intervensi yang tepat, yang tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah yang mendasar dalam suatu ekonoini bebas, tetapi tetap menjamin tercapainya pemerataan sosial.
4.     Kemitraan usaha. Kemitraan usaha merupakan jalur yang penting dan strategis bagi pengembangan usaha ekonomi rakyat. Kemitraan telah terbukti berhasil diterapkan di negara-negara lain dan menguntungkan pada perkembangan ekonomi dan industrialisasi mereka yang teramat cepat itu.

Ø  PENUTUP

·        Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa menerapkan strategi secara tepat akan berdampak pada kemampuan mereka (wirausaha) untuk bersaing dengan usaha lain serta dapat meningkatkan kemampuan dalam menghadapi persaingan dengan cara mengembangkan inovasi produknya. Dengan terus menjaga dan mengembangkan sumber keunggulan bersaingnya maka kelangsungan usaha tersebut akan tetap terjaga.
·        Saran
Tingginya tingkat persaingan yang ada harus dapat menjadi peluang bagi usaha kecil dan kewirausahaan oleh karena itu para wirausaha tidak hanya berfokus pada strategi inovasi dan menjalin kemitraan seperti yang telah dibahas sebelumnya, tetapi strategi yang sangat penting juga yaitu memperhatikan perkembangan kinerjanya dan berupaya untuk meningkatkan kinerja.










DAFTAR PUSTAKA

Oxpord Pocked Dictionary. Strategi Bisnis.Auckland: McGraw Hill Book Company.
Whellen & Hunger, Manajemen Strategi. Andi, 2000.
Styagraha, Manajemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan, Erlangga, 1994.
Porter, Manajemen Pemasaran, Indeks, 2008.
Artikel Meike Supranoto, 10 September 2010




Kamis, 17 Oktober 2013

RUANG LINGKUP BISNIS

BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH
(Pleurotus ostreatus)

Ø  PENDAHULUAN

Budidaya jamur merupakan salah satu budidaya yang tidak mengenal musim dan tidak membutuhkan tempat yang luas.Jenis-jenis jamur yang umum dibudidayakan ialah jamur merang(Volvariella volvaceae),jamur tiram (Pleurotus ostreatus),jamur kuping (Auricularia polytricha),jamur payung (Lentinus edodes),dan jamur kancing (Agaricus Sp).Hasil panen jamur tersebut tak hanya untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri bahkan ada juga yang di ekspor,seperti jamur kancing dan jamur payung. Media untuk pertumbuhan jamur dapat menggunakan limbah yaitu limbah pertanian(merang dan daun pisang) dan limbah industri (serbuk gergaji). Ramuan atau campuran yang digunakan sebagai media juga bermacam-macam,sedangkan metode yang digunakan untuk budidaya jamur ini juga bermacam-macam,seperti cara ilmiah, konvensional,tradisional,dan semi modern.

Ø  Latar belakang

Pemilihan bentuk usaha budidaya jamur tiram ini dilatarbelakangi oleh :

·         Budidaya jamur tiram memiliki prospek ekonomi yang baik. Pasar jamur tiram yang telah jelas serta permintaan pasar yang selalu tinggi memudahkan para pembudidaya memasarkan hasil produksi jamur tiram.

·         Jamur tiram merupakan salah satu produk komersial dan dapat dikembangkan dengan teknik yang sederhana. Bahan baku yang dibutuhkan tergolong bahan yang murah dan mudah diperoleh seperti serbuk gergaji, dedak dan kapur, sementara proses budidaya sendiri tidak membutuhkan berbagai pestisida atau bahan kimia lainnya.

·         Membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar pertanian jamur tiram.

·         Media pembelajaran yang bertanggung jawab bagi penulis dalam memasuki dunia bisnis.

Ø  Perumusan Masalah

Jamur tiram merupakan komoditas pertanian yang memiliki nilai
ekonomis cukup tinggi. Salah satu jenis jamur tiram yang banyak dibudidayakan
adalah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Jamur tiram putih merupakan
produk hortikultura yang dijual dalam bentuk segar. Seperti sifat umum pada
produk hortikultura lainnya, jamur pun bersifat mudah rusak (perishable)
sehingga diperlukan penanganan pascapanen yang tepat dan cepat. Proses
tataniaga yang dilakukan pun harus cepat agar produk tidak rusak dan layu saat
sampai ke tangan konsumen, karena produk yang rusak akan menurunkan harga
jual atau bahkan tidak akan laku dijual. Oleh karena itu, diperlukan peran lembaga
tataniaga yang berfungsi memasarkan hasil-hasil produksi dengan cepat dari
produsen hingga ke tangan konsumen.
Salah satu desa di Kecamatan Cisarua yang merupakan sentra jamur tiram
putih adalah Desa Kertawangi. Petani di Desa Kertawangi memiliki karakteristik
yang cenderung homogen, yaitu menghasilkan jamur tiram putih segar sebagai
produk utama. Petani jamur tiram putih di Desa Kertawangi sangat bergantung
pada lembaga tataniaga untuk memasarkan produknya karena keterbatasan
informasi dan akses pasar. Petani jamur tiram putih di Desa Kertawangi sebagian
besar adalah petani kecil yang menjual produknya secara individual. Tidak adanya
organisasi seperti koperasi yang membantu petani, khususnya dalam hal
memasarkan produknya menjadi sebuah kendala dan kelemahan bagi petani dalam 7 proses pemasaran jamur tiram putih di Desa Kertawangi. Oleh karena itu, petani
tidak memiliki kekuatan tawar terhadap pedagang ketika menjual produknya.
Petani jamur tiram putih hanya mampu berperan sebagai penerima harga (price
taker) terhadap harga yang ditawarkan oleh pedagang. Padahal dengan adanya
organisasi seperti koperasi akan memberikan keuntungan bagi petani terutama
untuk memasarkan produknya.
Saat penelitian berlangsung, harga jamur tiram putih di tingkat petani
berkisar antara Rp 6.800 hingga Rp 7.000 per kilogram, sedangkan harga jamur
tiram putih di tingkat konsumen akhir yaitu sekitar Rp 12.000 per kilogram.
Terdapat selisih harga jual yang cukup tinggi antara harga yang diterima petani
dengan harga eceran di tingkat konsumen akhir, yaitu sebesar Rp 5.000. Besarnya
selisih harga atau disebut marjin tataniaga tidak selalu mengindikasikan
keuntungan yang tinggi, tergantung berapa besar biaya yang harus dikeluarkan
oleh lembaga tataniaga untuk melakukan fungsi tataniaga (Sudiyono 2002).
Marjin tataniaga jamur tiram putih ini dianggap cukup tinggi karena dalam proses
tataniaga ini tidak terdapat penanganan khusus yang dilakukan oleh lembaga
tataniaga dan juga tidak terjadi penambahan nilai (value added) terhadap produk.
Selisih harga tersebut diindikasikan murni sebagai penggantian atas biaya
tataniaga yang telah dikeluarkan oleh masing-masing lembaga tataniaga tanpa
adanya fungsi pengolahan dan ditambah dengan imbalan (keuntungan) yang
diambil oleh lembaga tataniaga yang terlibat dalam proses tataniaga jamur tiram
putih. Semakin besar nilai marjin tataniaga maka akan semakin besar pula harga
yang ditanggung oleh konsumen akhir untuk membeli jamur tiram putih segar ini.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:

1)Bagaimanakah sistem tataniaga jamur tiram putih di Desa Kertawangi?

2) Berapa farmer’s share dan rasio keuntungan biaya yang diperoleh petani
jamur tiram putih dari hasil penjualan jamur tiram putih segar?

3) Apakah saluran tataniaga tersebut sudah efisien dilihat dari nilai marjin
tataniaga dan nilai rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga?



Ø  Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan:
1) Mengidentifikasi dan menganalisis sistem tataniaga jamur tiram putih di Desa
Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat.
2) Menganalisis bagian pendapatan yang diperoleh petani dari keseluruhan
harga yang dibayarkan oleh konsumen (farmer’s share).
3) Menganalisis efisiensi saluran tataniaga jamur tiram putih melalui besarnya
marjin tataniaga dan nilai rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga di setiap
lembaga tataniaga yang terkait dalam proses tataniaga jamur tiram putih di
Desa Kertawangi.

Ø Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan
bagi:
1) Seluruh pihak yang terlibat dalam saluran tataniaga jamur tiram putih di Desa
Kertawangi, terutama untuk petani produsen jamur tiram putih agar terjadi
peningkatan pendapatan.
2) Dinas Pertanian, terutama bidang hortikultura, sebagai bahan informasi dan
kajian ilmiah dalam melakukan pembinaan dan penyuluhan terhadap petani
jamur tiram tentang prosedur budidaya jamur tiram yang benar.
3) Dinas Koperasi dan UKM, sebagai bahan informasi dalam melakukan
pembinaan tentang pentingnya berkoperasi terhadap petani jamur tiram agar
mereka memiliki posisi tawar yang kuat dan tidak lagi bergantung pada
pengumpul dan bandar dalam memasarkan hasil produksinya serta adanya
bantuan dalam pembentukan koperasi.
4) Pembaca hasil penelitian ini, sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya
sekaligus memberikan gambaran tentang usaha serta tataniaga jamur tiram
putih di lokasi penelitian.

Ø  Pembahasan

aktivitas pertanian dengan budidaya tanaman padi dan polowijo dengan sistem organik,karawitan , jurnalistik dan pendampingan kegiatan kemasyarakatan (khususnya masyarakat yang terkena bencana).
Anggota Sanggar Anak Alam berasal dari warga masyarakat Kasihan Bantul dengan berbagai macam latar belakang maupun mata pencaharian yang mempunyai kepedulian cinta akan alam dan lingkungannya.
 Kegiatan pelatihan budidaya jamur tiram dengan sistem susun
dikhususkan bagi anggota Sanggar Anak Alam yang termasuk dalam kategori petani, pedagang, ibu-ibu PKK dan Karang Taruna. Kegiatan ini diikuti oleh 23 peserta dari 20 peserta yang direncanakan. Pelatihan budidaya jamur tiram dilakukan dengan memberikan materi dan pelatihan budidaya jamur tiram secara praktis oleh nara sumber yang sudah berpengalaman yaitu Bapak Mohammad Sujito, pengusaha jamur tiram yang sudah berhasil dan sekaligus beliau sebagai pengurus asosiasi pengusaha jamur di Yogyakarta.
Materi yang diberikan mulai dari pembuatan kubung (rumah jamur), pengadaan bahan baku (dimana harus membeli/mencari, dan bahan yang seperti apa yang baik), penyiapan media, pembuatan bibit, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pemasarannya.
Peserta dilatih melalui demonstrasi dan praktek langsung tentang cara budidaya jamur tiram. Disamping itu juga didemonstrasikan cara penanganan pasca panennya yang meliputi pembuatan kripik, pepes, dan jamur goreng serta penjelasan kegunaan jamur
tiram untuk berbagai masakan sayuran sehingga akan memberikan nilai tambah dalam budidaya jamur tiram. Materi ini disampaikan oleh nara sumber yang sudah berpengalaman yaitu Ibu Ir. Isni Y Pratiwi.

Penyampaian materi di atas dimaksudkan untuk membuka wawasan peserta tentang budidaya jamur tiram, peluang, keunggulan dan kendala dalam penerapannya di lapangan sebagai unit usaha yang diharapkan dapat menambah penghasilan masyarakat Dari kegiatan yang dilaksanakan dapat diamati bahwa peserta antusias untuk
mengikuti kegiatan baik pada penyampaian materi maupun praktek, hal ini tampak dari banyaknya pertanyaan peserta dan diskusi yang berlangsung antara peserta dan nara sumber. Setelah penyampaian materi dan tanya jawab, langsung diadakan demonstrasi
dan praktek tentang budidaya jamur tiram secara kelompok, maksudnya praktek budidaya diadakan di satu tempat yaitu di Sanggar Anak Alam selanjutnya dipelihara bersama oleh semua anggota. Dari jalannya proses diskusi selama pelaksanaan kegiatan dapat diketahui  13
bahwa banyak peserta yang belum mengetahui cara budidaya jamur tiram, bahkan banyak yang baru tahu bentuk dari jamur tiram saat diadakan kegiatan tersebut.
Dari cara budidaya yang dilakukan oleh anggota Sanggar Anak Alam mulai dari pembuatan kubung (rumah jamur), penanaman, dan pemeliharaan jamur tiram yang ditanamnya, mereka dapat merasakan bahwa budidaya jamur tiram dapat dilakukan
sebagai usaha yang dapat memberikan hasil. Sampai sekarang ini budidaya jamur tiram masih berlangsung dan dari jamur yang ditanam masih dapat dipanen. Setelah jamur ditanam di media maka 1 bulan kemudian jamur sudah mulai dapat dipanen, selanjutnya
dipetik dan diambil pangkalnya sampai bersih, lalu bagian lain dari log (tempat jamur tumbuh) itu disobek(bagian samping atau belakang) dan dari situ akan muncul jamur baru yang bisa dipanen lagi, selanjutnya disobek di tempat lain lagi, tumbuh dan dapat dipanen lagi, demikian seterusnya sehingga dalam 1 log dapat dipanen berkali-kali dengan hasil total 1 log rata-rata 0,4 – 0,5 kg dengan harga jual di Sanggar Anak Alam Rp10 000,00/kg.Mereka merasa budidaya jamur tiram dapat memberikan hasil tambahan, dan dari segi pemasarannya di Sanggar Anak Alam tidak menjadi masalah karena pembeli atau orang yang membutuhkan datang ke Sanggar Anak Alam sehingga begitu panen langsung terjual, bahkan persediaan atau panen jauh lebih kecil dibandingkan permintaan, sehingga mereka belum menjual dalam bentuk olahan karena kekurangan persediaan jamur mentah. Maka dari itu mereka betekad untuk mengembangkan sendiri budidaya jamur tiram ini.
Dengan berbudidaya jamur tiram di Kasihan akan dapat memanfaatkan serbuk gergaji kayu dan bekatul yang ada di wilayah yang bersangkutan sehingga dapat mengurangi jumlah limbah yang berupa bekatul dan serbuk gergaji kayu. Serbuk gergaji kayu dihasilkan oleh masyarakat yang bergerak di bidang perkayuan seperti meubeler dan. penggergajian kayu di Kasihan, sedangkan bekatul dihasilkan dari penggilingan padi yang ada di Kasihan. Di samping itu budidaya jamur tiram dengan sistem susun tidak membutuhkan banyak tempat sehingga dapat menggunakan bagian pekarangan atau rumah yang kosong untuk budidaya jamur tiram yang akan dapat menambah pendapatannya..   Adapun kendala yang dihadapi pada awal praktek adalah melakukan kegiatan bersama yang melibatkan semua peserta pelatihan karena memadukan waktu untuk semua peserta sulit, maka diambil kebijakan secara bergilir berdasar bisa tidaknya datang, sedangkan yang tidak bisa bertanya kepada temannya sehingga dapat mengikuti pada tahap berikutnya dengan benar dan lancar. Hal ini ternyata dapat dilakukan dengan baik karena kegiatan ini dilakukan di Sanggar yang sering ada kegiatan dan terbuka bagi semua anggota maupun bukan anggota sehingga mudah untuk saling bertemu satu dengan yang lain. Di samping itu kendala lain yang dihadapi adalah musim hujan Adanya hujan secara terus menerus menyebabkan jamur yang dihasilkan warnanya tidak dapat putih bersih seperti pada panen awal sebelum hujan, sehingga harga jualnya turun menjadi Rp8.000,00 –Rp9 000,00/kg. Harga jamur tiram di pasar berkisar antara Rp8 000,00 – Rp 9 000.00/kg jika putih bersih dan Rp 7 000,00/kg jika warnanya sedikit kecoklatan. Jadi penjualan yang dilakukan di Sanggar Anak Alam sebenarnya sudah cukup tinggi ( Rp10 000,00/kg). Pembeli yang datang ke sana adalah para pengantar anak-anak yang sekolah di Play Group atau Taman Kanak-kanak serta masyarakat desa Nitiprayan, Kasihan dan pemilik warung makan di sekitar Sanggar Anak Alam.
Pelatihan budidaya jamur tiram dengan sistem Susun Di Sanggar Anak Alam dirasakan oleh anggota Sanggar Anak Alam betul-betul memberikan manfaat bagi semua anggotanya, karena anggota yang tidak mengikuti ceramah dan demonstrasi karena terbatasnya jumlah yang ditargetkan, tetap dapat mengikuti praktek langsung di Sanggar Anak Alam dan mengikuti setiap tahap budidaya jamur tiram. Dengan demikian yang dapat berbudidaya jamur tiram bukan hanya khalayak sasaran yang datang waktu ceramah diadakan tetapi semua anggota Sanggar Anak Alam, bahkan masyarakat sekitar Sanggar Anak Alam juga dapat melihat dan mengikuti cara budidaya jamur tiram secara langsung karena Sanggar Anak Alam sifatnya terbuka bagi siapapun dan lokasinya juga di tengah-tengah masyarakat desa Nitiprayan, Kasihan, Bantul.
Dari pelatihan budidaya jamur tiram yang diadakan di Sanggar Anak Alam dan melihat hasilnya maka dirasakan oleh semua anggota Sanggar Anak Alam bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat dan dapat betul-betul melatih Anggota Sanggar Anak Alam dapat berbudidaya Jamur tiram, memasarkannya dan sekaligus dapat menambah pendapatan dari budidaya jamur tiram.

Ø Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang saluran tataniaga jamur tiram putih di Desa
Kertawangi melalui analisis lembaga dan fungsi-fungsi tataniaga, struktur pasar, 9

dan perilaku pasar yang dilakukan oleh lembaga tataniaga jamur tiram putih, serta
menganalisis efisiensinya menggunakan marjin tataniaga, biaya tataniaga,
farmer’s share, dan volume penjualan. Ruang lingkup lokasi penelitian meliputi
Desa Kertawangi sebagai daerah penghasil jamur tiram putih, Pasar Induk
Caringin Bandung sebagai tujuan utama pemasaran jamur tiram putih dari Desa
Kertawangi untuk Kota Bandung, dan beberapa pasar kecil di Kota Bandung.
Dalam hasil analisis tersebut dapat diidentifikasi bagaimana efisiensi tataniaga
komoditas jamur tiram putih yang terjadi dan kemudian dapat memberikan
gambaran secara umum mengenai kegiatan tataniaga jamur tiram putih di lokasi
penelitian

Ø  KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

1. Melalui Budidaya jamur tiram, dapat memanfaatkan limbah yang
berupa serbuk gergaji kayu di wilayahnya, sekaligus dapat sebagai usaha
keluarga. Peserta pelatihan dapat melakukan budidaya jamur tiram dan
memasarkannya sendiri, dan bertekad membuat budidaya jamur tiram berkelanjutan di
Sanggar Anak Alam

2. Melalui budidaya jamur tiram dengan sistem susun akan dapat memanfaatkan
pekarangan atau lahan yang sempit sebagai tempat usaha yang dapat memberikan
tambahan pendapatan keluarga.

3 . Melalui budidaya jamur tiram dapat memberikan tambahan hasil atau pendapatan
melalui penjualan jamur yang dapat dipanen seetiap 2-3 hari sekali.

B.Saran
. Dalam membuat rumah jamur perlu dijaga kerapatan atapnya sehingga jika
musim hujan tidak banyak air masuk yang akan mempengaruhi kelembaban dan warna
jamur yang dihasilkan yaitu sedikit kecoklatan

SUMBER: Direktorat Jenderal Hortikultura (2011).IPB.
Dadang W. dan Selamet R. 2007. Bisnis Jamur Bikin Tergiur.
berbisnisjamur.com
Haryadi, 1982. Pemanfaatan Limbah Pertanian Sebagai Bahan Baku. Fakultas Teknologi
Pertanian, UGM, Yogyakarta

NAMA : ANIDAH NUR ABIYAH
KELAS: 1EB16
NPM    : 21213044