topik : Pengelola Tepung Tempurung Kelapa
PENDAHULUAN
• Latar Belakang
Pertumbuhan industri skala kecil dan menengah berkembang
mewarnai perekonomian di daerah. Mulai
dari industri makanan, kerajinan, mebel, hingga konveksi atau tekstil, dimana
keberadaannya menjadi salah satu solusi dalam mengatasi angka pengangguran
sekaligus menggerakkan roda perekonomian daerah. Perkembangan sektor industri
akan berdampak pada pemakaian sumberdaya alam yang ada. Sumberdaya alam yang
ada tersebut dieksplorasi, diekstraksi, ditranformasi menjadi suatu produk.
Sumberdaya alam juga ada yang dimanfaatkan sebagai sumber energi, menjadi
limbah dan dimanfaatkan oleh konsumen. Kegiatan industri dilakukan agar dapat
meningkatkan potensi dan nilai jual sumberdaya, akan tetapi juga berpotensi
menimbulkan dampak negatif yaitu adanya polusi akibat proses produksi dan
produk yang dihasilkan serta kemungkinan terjadinya degradasi terhadap
sumberdaya yang digunakan. Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa industri
kecil adalah industri yang tidak berpotensi menimbulkan pencemaran terhadap
lingkungan. Limbah dari industri skala kecil terkadang diabaikan karena besaran
usahanya yang dianggap tidak terlalu signifikan, dan tidak terlalu berbahaya
sehingga tidak perlu diatur secara seksama. terdapat banyak industri kecil dan
menengah yang memberikan dampak bervariasi pada lingkungan setempat,
bagaimanapun juga studi menunjukkan bahwa sebagian besar polusi di daerah
perkotaan merupakan hasil dari penyebaran industri kecil dan menengah. Beberapa
industri skala kecil dan menengah telah menyadari bahwa mereka memberikan
dampak terhadap lingkungan dibandingkan yang lain karena proses produksi atau
karena kontribusi total produksi dalam masing-masing usaha atau lokasinya
sehingga mereka mulai melakukan upaya pengelolaan lingkungan.
• Perumusan Masalah
Adanya keluhan dari masyarakat di sekitar industri
pengolahan tepung tempurung kelapa CV. Putra Jaya Sahita Guna terhadap partikel
debu hitam (langesh) mendorong dilakukan kajian dan analisis terhadap peluang
penerapan ekoefisiensi dalam rangka penanganan dampak lingkungan. Pendekatan
ekoefisiensi ini dipilih karena industri ini merupakan industri kecil, yang
cenderung merasa keberatan bila harus mengeluarkan biaya besar untuk melakukan
pengelolaan lingkungan. Ekoefisiensi merupakan peningkatan efisiensi pada
pemakaian sumber daya, energi dan bahan penunjang yang akan memberikan nilai
positif juga bagi lingkungan. Atas dasar hal tersebut, maka
pertanyaan penelitian ini adalah :
1. Bagaimana tahapan
proses produksi tempurung kelapa
2. apa dampak negatif atau positip bagi perusahan dan
lingkungan perusahaannya?
• Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah
untuk :
1. Mengidentifikasi
tahapan proses produksi yang inefisien dan sumber yang berpotensi menimbulkan
pencemaran di CV. Putra Jaya Sahita Guna .
2. Mengidentifikasi
kondisi emisi gas buang yang berasal dari pembakaran mesin diesel pada CV.
Putra Jaya Sahita Guna .
3. Menganalisis
peluang ekoefisiensi dan keuntungan dari sisi ekonomi dan lingkungan apabila
dilakukan CV. Putra Jaya Sahita Guna .
4. mengetahui adakah dampak negatif atau positifterhadap
lingkungan masyarat atau keperusahann itu sendiri(CV.Putra Jaya Guna)
• Manfaat Penelitian
1. Bagi Kemajuan Ilmu
Pengetahuan
Dapat memberikan masukan bagi pengembangan ilmu dengan
adanya penemuan – penemuan baru, berupa simbiosis industri dari industri
pengolahan
2. Bagi Industri
Dapat memberikan masukan dalam peningkatan efisiensi di
industri tepung tempurung kelapa dalam meningkatkan daya saing
3. Bagi Pemerintah,
dalam hal ini dibedakan atas :
- Dinas Perindustrian
Kabupaten Semarang, dapat memfasilitasi penyusunan dokumen SPPL sebagai syarat
terbitnya usaha
- Pemda Kabupaten
Semarang, memberikan arahan tentang pengembangan dan pemberdayaan industri
kecil sehingga dapat meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah)
- BLH Kabupaten
Semarang, dapat memberikan masukan dan pendampingan dalam pengelolaan
lingkungan pada industri skala kecil
- BBTPPI, dapat
dilakukan penelitian lanjutan terkait dengan penetapan baseline efisiensi untuk
industri sejenis.
· Pembahasan
1. Industri Pengolahan Tepung Tempurung
Kelapa
Industri pengolahan tepung tempurung kelapa merupakan industri yang
mengolah hasil samping buah (by-product) kelapa dalam bentuk tempurung.
Tempurung kelapa yang dahulu hanya digunakan sebagai bahan bakar,
sekarang
sudah menjadi bahan baku industri yang cukup penting. Produk yang
dihasilkan
dari pengolahan tempurung berupa arang, arang aktif, tepung tempurung dan
barang kerajinan.
Secara umum, proses produksi pada industri pengolahan tepung tempurung
kelapa sangat sederhana yaitu dengan menggunakan bahan baku berupa
tempurung kelapa yang kering dengan tingkat kelembaban tertentu, kemudian
tempurung kelapa dipisahkan dari serabutnya yang mungkin masih menempel.
Setelah cukup bersih, tempurung kelapa dimasukkan ke dalam mesin yang
disebut
dengan mesin crusher mill, dalam mesin tersebut tempurung kelapa
dihancurkan
dengan cara digiling. Setelah hancur, tepung tempurung kelapa akan
disaring
sampai mencapai tingkat kehalusan yang diinginkan, biasanya 80 dan 60
mesh.
Setelah mencapai tingkat kehalusan yang diinginkan, maka tepung tempurung
kelapa keluar melalui lubang keluaran/ output, dimana pada mulut lubang
tersebut
disediakan karung yang didalamnya terdapat plastik yang merupakan kemasan
dari tepung tempurung kelapa yang ditimbang dengan berat masing-masing 50
kg.
2. Kinerja Lingkungan (Environmental
Performance)
Kinerja lingkungan merupakan hasil terukur dari sistem manajemen
lingkungan yang berhubungan dengan kontrol aspek-aspek lingkungannya.
Pengukuran kinerja lingkungan merupakan bagian dari sistem manajemen
lingkungan. Pengukuran kinerja lingkungan dapat dilakukan secara
kuantitatif
(hasil proses), misalnya jumlah limbah yang dihasilkan dan kualitatif (in
proses).
Kinerja lingkungan kuantitatif adalah hasil terukur dari sistem manajemen
lingkungan yang berhubungan dengan kontrol aspek lingkungan fisik.
Kinerja
lingkungan kualitatif adalah hasil terukur dari sistem manajemen
lingkungan dari
aspek non fisik, misalnya prosedur kerja, motivasi, inovasi, semangat
kerja untuk
mewujudkan kebijakan lingkungan organisasi.
menyatakan bahwa indikator
lingkungan membantu untuk meringkas data lingkungan secara luas yang berkaitan
dengan operasi sebuah perusahaan, dimana berkaitan dengan aspek lingkungan dan dampaknya.
Indikator lingkungan dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengukur kinerja
lingkungan (environmental performance). Dengan membandingkan indikator
lingkungan di berbagai perusahaan dalam industri yang sama dapat menemukan
inefisiensi organisasi yang terjadi, sehingga dapat digunakan oleh manajer
perusahaan untuk mendeteksi potensi perbaikan lingkungan dan memantau tindakan
perbaikan lingkungan.
dalam indikator lingkungan dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok utama, yaitu
:
1)
Environmental Performance Indicators (EPI)
Yaitu indikator kinerja lingkungan
yang berkaitan dengan dampak lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan
perusahaan. Indikator kinerja lingkungan terdiri dari indikator input dan
output. Indikator input, meliputi : penggunaan bahan baku, energi dan air. Sedangkan
indikator output, meliputi : jumlah limbah yang dihasilkan.
2)
Environmental Management Indicators (EMI), yaitu
indikator manajemen
lingkungan yang berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
kegiatan pengelolaan lingkungan per tahun, berkaitan dengan kebijakan
lingkungan. Misalnya : biaya investasi dan biaya operasional untuk
pengelolaan dan perlindungan lingkungan, pelatihan bagi karyawan tentang
isu-isu lingkungan.
3) Environmental Condition Indicators, pengukuran indikator kondisi yang
menggambarkan dampak kegiatan perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya,
seperti : kualitas udara dan kualitas air sungai yang berada di sekitar
perusahaan serta tingkat kebisingan pada lokasi pemukiman.
·
Kesimpulan
dan Saran
a. Kesimpulan
a. Kesimpulan
Kesimpulan Kesimpulan
yang dapat diambil dari praktikum ini, adalah:
1. Pembuatan tepung kelapa adalah meliputi pembuangan sabut dan
tempurug kelapa, pembuangan testa dan pencucian, blanching, pemarutan,
pengeringan, pengukusan, pengepresan, pengeringan kembali seterusnya dilakukan
penggilingan.
2. Perlakuan
blanching pada pembuatan tepung kelapa mempengaruhi rasa, aroma, tekstur dan
warna.
b. Saran Saran untuk praktikum selanjutnya,
sebaiknya dilakukan pengukuran kandungan lemak pada daging kelapa, baik sebelum
pengolahan maupun setelah pengolahan tepung kelapa.
DAFTAR PUSTAKA
-New Delhi. Winarto. 2008. Pengolahan Kelapa. Agro Industry Press.
Jurusan Teknologi Pertanian IPB. Bogor.
-Van
Berkel (2007) dalam Salem, dkk (2011)